Howdy, thank's visit to my blog, Enjoy the read and welcome to the journey!

Sumber : Unsplash.com/Hiroko-Yoshi

           Wilayah indonesia merupakan wilayah kepulauan dengan 2/3nya berupa air, hal ini pula sering disebut sebut indonesia sebagai negara maritim, dengan memiliki kepulauan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar dari sabang hingga merauke, tak heran sumber daya laut yang dimiliki indonesia terbilang besar, Indonesia menduduki, negara penghasil ikan terbesar dunia setelah cina, dengan besarnya potensi sumber daya laut yang melimpah ini, presiden jokowi mengungkapan sektor perikanan dan kelautan perlu di hilirisasi, transformasi ekonomi dalam bidang maritim perlu dilakukan.

 Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebutkan, terdapat 8 sektor prioritas dengan 21 komoditas yang bakal dilarang ekspor dalam bentuk mentah karena akan di hilirisasi, di sektor perikanan dan kelautan sendiri terdapat 5 jenis komoditas unggulan yang akan dihilirisasi yaitu, udang, ikan, kepiting, rumput laut, dan garam, lantas apa itu hilirisasi? hilirisasi sendiri ialah pengolahan dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi/ bahan jadi, dengan adanya hilirisasi ini dapat mendorong tumbuhnya perekonomian warga serta mengoptimalkan potensi sumber daya alam yang berada di Indonesia.

Hilirisasi akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi indonesia, oleh karena itu pendanaan penting untuk mewujudkan hilirisasi demi tercapainya kemakmuran indonesia yang lebih tinggi, dengan besarnya sumber daya perikanan dan kelautan di indonesia, lantas seberapa besar perlu hilirisasi dalam industri perikanan dan kelautan ? Yuk simak ulasannya :

Sumber Daya yang melimpah dan dapat diperbaharui

Potensi perikanan dan kelautan di indonesia memang sudah tak diragukan kembali, dengan wilayahnya yang mayoritas air, sumber daya lautan merupakan harta karun yang berharga bagi bangsa,  sejalan dengan hal itu pemerintah telah mengupayakan agar industri perikanan dan kelautan memiliki keberlangsungan usaha dan keberlanjutan yang terus menerus, seperti  memperluas target kawasan konservasi perairan menjadi minimal 30 %, Menteri kelautan dan Perikanan, wahyu trenggo mengungkapkan, dengan adanya perluasan kawasan konservasi perairan akan memicu banyak hal positif, diantaranya meningkatkan populasi ikan, menjaga serapan karbon, dan melindungi ekosistem pesisir serta pulau pulau kecil.

Selain itu, terdapat program bulan cinta laut, dimana pada bulan tertentu nelayan melaut sembari mengumpulkan sampah yang ada di dalam laut, nantinya sampah tersebut akan dibayar sesuai harga di daerah setempat, dengan adanya kebijakan kebijakan ini, produksi laut pun dipastikan akan meningkat, sehingga secara tak langsung berdampak pada hilirisasi produk yang lebih banyak.

Potensi olahan yang beraneka ragam

 Sumber : Unsplash.com/Jonathan-forage

Peluang investasi pada industri perikanan terbilang besar, selain memiliki bahan baku yang melimpah, bisnis olahan pun sangat menjanjikan, terdapat berbagai komoditas unggulan perikanan dan kelautan yang bernilai tinggi seperti tuna, cakalang, udang, kepiting, ikan tongkol, rumput laut serta garam,  produk ini dapat diolah menjadi beragam olahan, seperti di desa tulehu, maluku,  ikan tuna dihilirisasi menjadi ikan tuna fillet dan ikan tuna kaleng, harga ikan tuna setelah dihilirisasi menujukkan naik 2 kali lipat lebih tinggi, jika pada biasanya harga ikan tuna segar sebesar Rp. 60.000/kg setelah dihilirisasi harga ikan tuna fillet beku Rp.105.000/kg dan ikan tuna kaleng Rp.150.000/kg.

Potensi yang lain, rumput laut misalnya, rumput laut mengandung sumber keraginan, agar-agar dan alginat yang cukup tinggi, rumput laut dapat  digunakan sebagai bahan baku industri makanan, pelembut rasa, tekstil bahkan industri farmasi, di sulawesi selatan rumput laut yang dikeringkan harganya meningkat 320% lebih tinggi dibanding harga bibit rumput laut, apalagi jika rumput laut sukses dihilirisasi. Industri Garam juga tak mau kalah, Selain untuk industri makanan, garam juga dapat digunakan untuk industri farmasi seperti bahan baku sediaan infus, cairan hemodialisa, pelarut vaksin, sirup, dan juga oralit.

Pangsa Pasar yang terbuka lebar 

Pangsa pasar dalam komoditas maritim indonesia terbilang terbuka lebar, dan sangat besar, data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ekspor nilai perikanan Indonesia sendiri pada tahun 2022 mencapai USD 6.24 miliar dengan volume 1,22 juta ton pada tahun 2022. Angka Ini meningkat sebesar 9,15% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu USD 5,72 miliar. udang menjadi komoditas terbesar tahun 2022 dengan perolehan hasil ekspor US$2,16 miliar dengan volume 241.201 ton, permintaan udang terbesar di pasar global didominasi oleh negara-negara di kawasan benua Amerika termasuk kanada, kawasan Asia (Singapura, Malaysia, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan) dan benua Eropa (Spanyol, Perancis, Belanda, Inggris, Italia dan Jerman).

Tren pasar yang positif juga ditunjukkan dari komoditas rumput laut dimana pada tahun 2022, Indonesia dapat mengekspor rumput laut senilai US$600,36 juta, jumlah ini naik hampir dua kali lipat dibanding pada tahun sebelumnya, 2021 sebesar US$ 345,11 juta. Gibran Huztaifah selaku Ceo dari startup perikanan e-fishery juga mengakui  besarnya potensi investasi pada sektor kelautan dan perikanan di Indonesia, saalah satunya berasal dari, tingginya minat pasar global atas produk perikanan, dengan demikian industri perikanan dan kelautan menjadi sangat potensial.

 Dukungan Pemerintah yang tinggi 

Saat ini pemerintah melalui kementrian kelautan dan perikanan (KKP) membeberkan berbagai kebijakan yang dapat menopang pertumbuhan investasi sektor perikanan, seperti adanya kebijakan penangkapan ikan terukur menggunakan sistem zonasi dan kuota, pembiayaan bagi nelayan, pembenahan pelabuhan beserta infrastruktur ke arah yang lebih modern dan Pengembangan Budidaya laut yang berkelanjutan,

Seperti yang terjadi di kebumen dimana membangun tambak udang modern mencapai 100 hektare dengan target 40 ton udang perhektare, strategi ini bertujuan meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen dengan peran inovasi teknologi yang ramah lingkungan, mengurangi ketergantungan bahan baku pakan dari luar negeri, serta hal ini turut mendorong proses hilirisasi dimana potensi laut dapat diolah dan dikembangkan sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Dukungan pemerintah yang lain untuk meningkatkan animo investasi pada hilirisasi seperti pembebasan bea masuk dan impor dan barang modal atas perikanan, adanya tax holiday, bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan regulasi investasi yang dipermudah melalui satu pintu yaitu #kementerianinvestasi/BKPM, untuk menaikkan ekspor berbagai perjanjian juga telah dilakukan seperti perjanjian IECEPA & RCEP untuk kawasan asia pasifik, dan IM-PTA untuk pasar afrika.

Mendukung Sustainable Development Goals (SDGs)  2030

Hilirisasi juga turut mendukung program Sustainable Development Goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB) yang lahir atas kesepakatan 194 negara di dunia, SDGs sendiri memiliki 17 tujuan dengan 169 target yang dicapai pada tahun 2030,  dengan hilirisasi perikanan dan kelautan, indonesia dapat mencapai beberapa tujuan tersebut, budidaya rumput laut di sulawesi selatan misalnya, tempat ini mengolah dari bibit rumput laut menjadi rumput laut kering, hilirisasi yang dilakukan dapat menyerap tenaga kerja hingga mencapai 392 orang dengan 20 karyawan tetap dan sisanya musiman,

Selain itu nilai investasi budidaya ini mencapai Rp 102,87 miliar, sektor UMKM di sekitarnya pun tumbuh, sehingga meningkatkan ekonomi masyarakat, hal itu sesuai dengan tujuan SDG, yaitu mengentaskan kemiskinan (Poin 1 SDGs), menciptakan pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi (Poin 8 SDGs), dan mengurangi ketimpangan (poin 10 SDGs).

Budidaya ini juga menggunakan peralatan budidaya rumput laut yang ramah lingkungan dengan pipa HDPE sehingga sesuai dengan kehidupan di bawah air (Poin 14 SDGs), Pra Studi Kelayakan juga dilakukan sebagai  upaya membangun kerjasama stakeholder secara efektif, akuntabel, dan transparan, sehingga mengurangi risiko gangguan keamanan (poin 16 SDG) dan dukungan poin SDGs lain, perusahaan menerapkan skema kemitraan dengan pengelolaan lahan 20% dari 184 ha bersama masyarakat, termasuk memberikan bibit dan bimbingan teknis hal ini sejalan dengan kemitraan untuk tujuan (Poin 17 SDGs).

Potensi peluang Indonesia untuk meningkatkan hilirisasi di sektor perikanan dan kelautan memang besar, terbuka lebar dan sangat tinggi, dengan #HilirisasiUntukNegeri dapat menjadikan indonesia menjadi negara dengan poros maritim dunia yang memiliki ekonomi kuat, selain itu program hilirisasi merupakan bentuk transformasi ekonomi yang mendukung Pembangunan berkelanjutan (SDGs  2030), untuk mensejahterakan masyarakat sekaligus melestarikan lingkungan, jadi ayo dukung dan berburu peluang hilirisasi ini!

DAFTAR PUSTAKA

Investasi Perikanan Tangkap Terintegrasi di Provinsi Maluku diambil dari https://regionalinvestment.bkpm.go.id/pir/berita

Laporan Kinerja KKP 2022 diambil dari https://kkp.go.id/artikel/50030-laporan-kinerja-kkp-2022

Nilai Ekspor Komoditas Perikanan Indonesia (2012-2022) diambil dari https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/nilai-ekspor-perikanan-indonesia-capai-us624-miliar-pada-2022

Peta Peluang Investasi Proyek Prioritas Strategis yang Siap Ditawarkan diambil dari   https://regionalinvestment.bkpm.go.id/pir/peluang-investasi

Rumput Laut Komoditas Penting Motor Penggerak Perekonomian diambil dari https://regionalinvestment.bkpm.go.id/pir/berita

Tahun Ini Sektor Perikanan Buka Peluang Investasi diambil dari https://kominfo.jatimprov.go.id/read/umum/tahun-ini-sektor-perikanan-buka-peluang-investasi-

UMKM Thrive: Saatnya UMKM Kelautan dan Perikanan Naik Kelas diambil dari https://www.youtube.com/watch?v=rxVJ_WNbjbk&list=PLRTfjuB3XwHrQZUCNzUhxRPVd9vAp-Z8V&index=5

Kategori: opini

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *