
Di sebuah kos gang gang sempit kota metropolitan, Mira, seorang anak rantau, merasa cemas after life graduation, dia datang ke kota itu dengan impian besar dan tekad kuat untuk mengubah hidupnya. Setelah lulus, mira mulai bekerja sebagai pengajar di sebuah tempat bimbel, Namun, pekerjaan itu palugada dengan gaji yang tipis untuk hidup,
selain menjadi pengajar dia terkadang disuruh untuk antar jemput anak bosnya, bersih bersih bimbel, serta yang lebih parah terkadang dia menjaga anjing anjing bosnya dirumah ketika dia pergi, mira akhirnya memutuskan untuk resign dan mencari pekerjaan baru, dia berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan sesuai dengan bidang yang dia pelajari, namun kenyataan berkata lain. Setiap kali melamar pekerjaan, jawabannya selalu sama: “Maaf, kualifikasi kamu terlalu baik buat perusahaan ini”
Hari demi hari berlalu, biaya hidup semakin menjadi jadi, tabungan yang dimilikinya semakin menipis, mira merasa cemas, tak tahu harus berbuat apa, dia merasa kehilangan arah dan tak berdaya menghadi realita, kehidupan dewasa mulai membuatnya putus asa
Orangtuanya pun menyarankan Mira untuk kembali pulang, Mira pun setuju dan memutuskan untuk balik ke kampung, bertemu kembali dengan orang tuanya
“Aku bersyukur setidaknya aku masih memiliki orang tua yang memberiku semangat disaat letih dan tempat berpulang”,ujar Mira,
tak terasa air matanya pun berlinang mengingat perjuangan orang tuanya saat berupaya menguliahkan dia, dan dia masih belum menjadi apa apa
Bis yang dinaiki pun sampai tujuan, saat Mira tiba di kampung, begitu banyak suara riang anak-anak yang sedang bermain, Mereka berlarian tanpa beban, tertawa ceria, dan menikmati hidup yang sederhana.
Melihat kebahagiaan mereka, Mira merasa iri, dia berpikir, “Alangkah senangnya menjadi kecil. Tak ada beban, tak ada kekhawatiran, hanya bermain dan menikmati hidup.”
Saat mira sedang melamun, tiba-tiba, terdengar suara orang sedang asyik makan disebelahnya, “nyam nyam nyam” Mira menoleh dan melihat Anis, anak tetangganya duduk di dekatnya sambil menikmati coklatnya,
“Eh, Anis suka banget ya makan coklat ya? jangan sering-sering, nanti giginya bolong loh,” kata Mira, bercanda.
Anis menatap Mira dengan ceria. “ hehehe iya Kak, Anis seneng coklat soalnya coklat itu awalnya pahit, tapi lama kelamaan manis, Kayak hidup tuh, meskipun rasanya pahit, nanti pasti manis kok!”
Mira terenyuh mendengar kata-kata Anis, Coklat, yang awalnya pahit, bisa berubah menjadi manis setelah kita menikmatinya, begitu juga hidup, meskipun terkadang terasa pahit dan sulit, pada akhirnya, akan ada kebahagiaan yang menanti.
Mira pun bangkit dari duduknya, dengan tekad yang baru, Mira mulai mencari peluang di kampung halamannya, dia mencoba membuka usaha kecil-kecilan, mengajar les privat untuk anak-anak yang membutuhkan, dan perlahan mulai membangun kembali kepercayaan dirinya.
Meskipun tantangan silih kali datang, Mira percaya bahwa hidupnya akan manis seperti gula.
Mira mulai merasakan hasil dari kerja kerasnya, usahanya mulai ramai, anak-anak yang dia ajar pun mulai menunjukkan kemajuan, dan orang tua mereka memberikan apresiasi.
Akhirnya, Mira menyadari bahwa hidup tak melulu dengan rasa manis, terkadang kita perlu rasa pahit sebelum bisa merasakan rasa manis, anak anak yang ceria dan manis layaknya gula, memberi banyak kebahagiaan dan pembelajaran baginya, untuk selalu berjuang dan tidak kenal putus asa
0 Komentar