
Luna adalah siswi tercantik dan paling populer di SMAnya, dengan senyum manis dan prestasi gemilang, semua orang ingin mendekatinya, kepribadiannya yang ceria dan ramah membuatnya mudah bergaul dengan siapa saja, namun, siapa sangka, di balik semua itu, ada rahasia yang tidak diketahui banyak orang, luna menyukai cecep, seorang cowok sederhana yang bekerja paruh waktu sebagai kuli bangunan.
Cecep memang tidak pernah terlihat Istimewa, tubuhnya kurus dan sering bau keringat setelah pulang kerj, bahkan Ia tidak pernah memperhatikan penampilannya, memakai parfum atau pakaian yang bagus, karena ia lebih memikirkan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bekerja keras, teman-temannya bahkan menjulukinya “ikan asin.” karena dianggap penampilannya yang jauh dari kata menarik.
“Luna, masa sih kamu suka sama Cecep? Dia itu kayak ikan asin, kurus, bau, dan nggak begitu menarik!” ejek Bella, sambil tertawa, salah satu teman luna yang tahu bahwa luna menyukai Cecep.
Luna hanya tersenyum mendengar ejekan itu, nggak semua orang suka yang manis manis, Bella,” jawabnya santai. “Tapi tentu saja, di dunia ada orang-orang yang menyukai cowok keren, cowok manis bahkan ada yang menyukai katanya ikan asin. dan menurutku, Cecep itu walaupun terlihat asin, dia punya sisi lain yang nggak dilihat orang.”
Awal mula Luna mulai menyukai Cecep, karena pada suatu hari, saat berangkat les, tanpa sengaja ia melihat cecep sedang mengangkat semen di dekat rumahnya, dengan wajah lelah namun tetap tersenyum cerah, ada ketulusan yang terpancar dari matanya, luna terus memikirkan itu.
Suatu hari, saat liburan, Luna sedang pergi ke Rumah saudaranya, Siapa sangka, saat itu rumah saudaranya sedang ada perbaikan kecil, dan Ceceplah yang sedang mengerjakan renovasi rumah tersebut, Bak gayung bersambut, Luna yang mengetahui hal tersebut segera menyapa dan mengajak berbicara
“Capek ya, Cep?” tanya Luna sambil mendekat.
Cecep tersenyum, meskipun jelas ia sangat kelelahan. “Lumayan, Mbak Luna. Tapi ini sudah biasa buat saya.”
Luna tertawa kecil. “Jangan panggil Mbak. Panggil Luna aja kitakan masih seangkatan,” katanya sambil tersenyum balik.
Mereka pun ngobrol lebih lama, terkait Pelajaran, cita cita Hingga membicarakan teori teori yang diluar nalar, walaupun mereka beda kehidupan, sepertinya mereka cocok dalam obrolan.
Sejak saat itu, Luna mulai sering menemui Cecep baik dalam sekolah maupun setelah sekolah. Cecep tidak pernah berusaha untuk menyembunyikan dirinya, dan Luna merasa nyaman berbicara dengannya, sebaliknya, Cecep kagum pada perhatian Luna yang sederhana namun penuh kasih sayang.
Ketika hubungan mereka mulai terlihat di kalangan teman-temannya, gosip pun mulai menyebar dengan cepat di sekolah. Teman-teman Luna heran, bahkan ada yang mengejeknya.
“Luna, kamu serius? Kamu nggak malu?” Cecep tuh seorang Kuli bangunan! ejek teman-temannya, sebagian besar dengan nada menyindir.
Luna tidak pernah gentar dengan komentar-komentar itu, “Iya, Cecep kerja keras. Tapi dia juga punya hati yang nggak semua orang punya, aku suka dia, dan itu cukup buatku,” jawab Luna dengan tegas, tidak terpengaruh oleh pendapat orang lain.
Namun, Cecep merasa ragu dengan perasaannya sendiri. “Luna, aku ini cuma orang biasa. Kita seperti beda kehidupan, aku nggak mau bikin kamu malu,” ujar Cecep dengan penuh keraguan, “aku juga seperti ikan asin, aku ngga tampan, tidak wangi, dan tidak juga pintar.”lanjutnya.
Luna menggenggam tangan Cecep dengan lembut. “Cep, kamu beda, walaupun mungkin seperti ikan asin, tetap saja ada orang yang suka ikan asin, kan? Lagian tidak semua dikuru dengan keindahan, Aku suka kamu, buat aku, itu sudah cukup,” kata Luna dengan senyum yang tulus.
Kata-kata Luna itu membuat Cecep terdiam, ia merasa dihargai seperti tidak pernah terjadi dalam hidupnya sebelumnya,
tidak peduli apa kata orang, Luna hanya memikirkan perasaannya, bukan status atau penampilan.
Lambat laun, hubungan mereka mulai diterima oleh orang-orang di sekitar mereka, Cecep membuktikan dirinya sebagai sosok yang bertanggung jawab, bekerja keras demi masa depan, meskipun Luna tetap menjadi gadis populer di sekolah, ia tidak pernah ragu untuk menunjukkan rasa bangganya pada Cecep.
Mereka menjalani hubungan dengan penuh kebahagiaan, meskipun tidak selalu mudah.
Di akhir SMA, Luna dan Cecep berhasil lulus dengan baik, Cecep mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di bidang teknik, sebuah pencapaian yang membanggakan, Luna, meskipun punya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, memilih untuk tetap mendukung Cecep dalam perjalanan hidupnya.
Bagi Luna, hubungan mereka bukan tentang kemewahan atau status sosial, melainkan tentang ketulusan dan cinta yang datang dari hati, ia membuktikan bahwa cinta sejati tidak peduli pada apa yang terlihat dari luar, melainkan pada hati yang tulus, bahkan jika itu berasal dari “ikan asin.”
0 Komentar