
Abi, Aldi dan Ary, adalah tiga sahabat yang sudah dekat sejak kecil, rumah mereka berdekatan, rumah Abi dan Aldi berada dalam perumahan elit, sedangkan rumah Ary berada dalam perkampungan dibelakang perumahan Abi dan Aldi, mereka belajar di sekolah yang sama, Ary berasal dari keluarga sederhana, ayahnya yang sering kali sakit sakitan, memaksanya untuk berjuang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, walau begitu Ary memiliki kecerdasan akademik dan non akademik yang bagus, meskipun berbeda latar belakang ekonomi, ketiganya selalu menganggap satu sama lain setara.
Pada saat liburan kenaikan kelas tiga, Abi mengajak Aldi dan Ary untuk berlibur ke pantai. “Ayo guys, kita main ke pantai! di pantai barat, pantainya bagus, ada tempat penginapan yang keren juga, kita bisa makan seafood, dan main air sampai puas!” ajak Abi dengan semangat.
Arry sedikit ragu, “Tapi, bi… aku nggak punya banyak uang, lagian aku juga ada jaga warung Pak Budi, ga enak kalau izin…
Abi tersenyum dan menepuk bahu Ary. “Santuy Ry, Jangan khawatir, kita sudah atur semuanya, liburan ini harus kita nikmati bersama, tanpa mikirin biaya.” lagian ini kan libur kenaikan kelas terakhir kita, mumpung kita masih bisa bareng bareng.” ujar Abi, kalau masalah Pak Budi izin aja, pak budi baik kok orangnya”,lanjutnya
“iya Ry, kami udah meluangkan waktu loh, buat liburan bareng, ayo ikutan dong,” tambah Aldi
“yaudah deh kalau gitu, besok aku izin dulu sama Pak Budi,” jawab ary “nah gitu dong,” timpal Abi
Akhirnya, Ari setuju walau dengan rasa ragu ragu dalam hatinya.
Tibalah hari yang telah direncanakan, Mereka berangkat menggunakan mobil Aldi, di sepanjang perjalanan mereka bercanda ria, mengobrol hal hal diluar nurul serta menyetel musik kesukaan satu sama lain, tapi di satu sisi lain, Ary merasa insecure karena dia merasa berada dalam dunia yang berbeda, cerita Abi yang pernah pergi ke pantai hawai, atau Aldi yang pernah ke maldives, selain itu mereka juga membawa tas ransel besar dan memakai sandal jepit dari merek terkenal, sedangkan Ary hanya membawa tas plastik kecil, berisi beberapa pakaian seadanya dan mengenakan sandal jepit yang sudah sedikit robek.
Sesampainya di pantai, Abi dan Aldi langsung mengganti sandal dan berlari ke laut dengan ceria, Ary sedikit ragu untuk melepas pakaiannya, sandalnya yang terlihat usang terasa berbeda dengan sandal sandal temannya yang mengkilap, namun, akhirnya Ary mengikuti kedua temannya untuk bermain air bersama, tertawa, dan berlarian di sepanjang pantai.
Ketika mereka makan di restoran pantai yang mewah, Ary merasa risih dengan harganya yang sangat mahal, Abi dan Aldi, yang memesan makanan dengan santai, tak menyadari kecanggungan yang dirasakan oleh sahabatnya. “Kamu belum makan lobster, Ry? Ini enak banget loh! kepiting ini juga enak, nih!” kata Abi dengan senyum lebar
Aldi yang duduk di samping Ary ikut menambahkan, “Nih, Ry, coba kamu cicipi juga ikan kerapu ini. Mantap betul!” serunya dengan semangat, Ary hanya tersenyum tipis, merasa tak enak sendiri
Sambil menatap nasi dalam piringnya sendiri, Ary berpikir, Kenapa harus di tempat seperti ini? Padahal, dia lebih nyaman dengan suasana sederhana, tapi, karena ini ajakan dari teman-temannya, dia tak ingin terlihat kikuk di hadapan teman temannya
Aldi meliriknya, menyadari keheningan yang tiba-tiba melingkupi Ary, “Eh, kamu gak kenapa-kenapa, kan ry?” tanyanya dengan khawatir. “Kamu gak suka lobster apa gimana?”
Ary terdiam sesaat, lalu menggelengkan kepala. “Enggak, kok, cuma… itu harganya, ya, bikin aku nggak enak, Aku nggak biasa makan di tempat kek gini,” jawab Ary
Abi menatapnya dengan heran, lalu tertawa kecil. “Ah, gak usah dipikirin, ry. Kita cuma sekali-sekali aja kok makan di sini. Nikmati aja, yuk!”
Sambil menunggu senja tiba, mereka duduk di tepi pantai, menikmati angin laut yang sepoi-sepoi, Ary melihat sandal kedua temannya yang masih baru dan bersih, sementara sandal Ary sudah usang. “sandalku sudah jelek, Kalau dilihat, mungkin kita nggak sama, aku cuma punya ini, sandal jepit yang biasa, Kadang aku merasa nggak pantas ada di sini sama kalian.” ujar Ary
Abi menoleh dan berbaring di dekat Ary “Ry, kamu tahu nggak? Terkadang kita merasa dunia kita nggak adil, karena melihat dari hal hal yang nampak dari luar, aku sadar, mungkin kita berdua punya lebih banyak uang, lebih banyak barang, dan juga lebih banyak kesempatan, tapi itu bukan berarti kita berbeda, kan? Kita sama, sandal kita mungkin nggak sama, tapi perasaan kita sama, hati yang gembira, itu yang paling penting.” ujar Abi
“Kadang, Ry, kita nggak bisa merasakan apa yang orang lain rasakan, sampai kita benar-benar mengalami itu,” lanjut Aldi. “Aku mungkin nggak pernah tahu bagaimana rasanya berjuang seperti dirimu, yang membagi waktu sekolah dengan mencari nafkah, tapi aku tahu rasa ikatan persahabatan kita lebih dari itu.” lagian sandal usangmu itu sudah memberikan banyak momen dan kenangan bersama, itulah yang penting Ry,” tambahnya.
Ary terdiam, Kata-kata Abi dan aldi, menyentuh hatinya, dalam hatinya, ia menyadari bahwa selama ini ia terlalu fokus pada perbedaan yang ada di antara mereka, Ia merasa seperti beban dalam grupnya, sementara temannya merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersamanya.
Senja mulai datang, mereka bertiga berbaring di pasir, sambil mendengarkan deburan ombak
“Senja kayak gini, rasanya tenang ya?” Ary berkata pelan, suaranya hampir hilang tertelan suara ombak.
Abi dan Aldi hanya mengangguk, tidak perlu banyak kata mereka tahu bahwa di saat seperti ini, tak ada yang lebih berharga selain kebersamaan
sandal mereka memang tak sama, tapi momen yang mereka ciptakan lebih penting daripada sandal yang mereka miliki
senja itu, dengan langit yang semakin meredup, mereka merasakan kedamaian yang sulit dijelaskan dengan kata-kata
Karena pada akhirnya, yang terpenting bukanlah apa yang kita miliki, tetapi saat kita saling mengerti, menghargai, dan memahami, dan momen di bawah langit senja yang indah, menjadi saksi momen terbaik yang bisa mereka bagi.
0 Komentar